Langsung ke konten utama

Mudik, Lailatul Qadar, dan Parade Klakson





Bulan puasa telah memasuki hari2 terakhirnya. Mengikuti tradisi tahunan untuk merayakan Idul Fitri di kampung halaman jutaan manusia secara serentak dalam waktu yang berdekatan rela bepergian menempuh perjalanan ber-ratus2 km dari perantauan menuju daerah asal.

Mudik! Ya itulah istilah yang akan sangat populer ketika lebaran sudah hampir tiba.

Di antara berbagai alternatif moda transportasi yang dapat dipakai sebagai sarana menuju ke udik tersebut, kendaraan darat baik roda dua maupun roda empat tetap menjadi pilihan kebanyakan orang, baik dengan kendaraan pribadi maupun umum.

Akibatnya seperti sudah terjadi hampir setiap tahun, kepadatan dan kemacetan terjadi di banyak tempat. Luas jalan yang terbatas tidak mampu menampung volume kendaraan yang melintas di atasnya.

Kata teman saya, pamer susu padat merayap susul2an….begitu gambaran arus lalu lintas seperti dilaporkan hampir semua media elektronik. Bahkan tidak jarang terjadi juga pamer paha…. Padat merayap tanpa harapan! (kata teman saya yg tadi) Itu jika sampai terjebak kemacetan yang panjang mengular dan berlangsung cukup lama.

Di saat itulah seringkali kita lupa bahwa ini masih bulan Ramadhan, bulan rahmat dan bulan ampunan. Kita sudah tidak ingat lagi isi kultum tarawih di masjid tempo hari bahwa ini bulan kesabaran. Main serobot jalur orang lain, melawan arus dan pelanggaran2 lain sangat mudah dijumpai.

Saling bentak, adu mulut dan membunyikan klakson se-kencang2nya menjadi pemandangan yang biasa. Yang paling penting bagaimana kendaraan bisa melaju dengan cepat dan segera sampai di tempat tujuan.

Hikmah puasa untuk menahan diri dari amarah menguap. Sinar lailatul qadar yang terpancar di 10 hari terakhir Ramadhan tidak terlihat sama sekali.

Akhirnya marwah bulan suci yang telah kita jaga sejak awal puasa menjadi hilang justru pada tahap2 akhir kita menjalaninya.

Sayang 1033X sayang….

NB :
Buat yang sedang / akan mudik ke kampung halaman
tetap sabar dan santun dlm berkendaraan
Semoga perjalanan lancar dan nyaman
aman dan selamat sampai tujuan

Mudik update : klik disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tlatar, 18 Okt 2007

WA Grup II (Gossen ah...)

  Di dalam ilmu ekonomi dikenal berbagai macam hukum, salah satunya adalah Hukum Gossen . Sesuai namanya, hukum ini dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi asal Jerman bernama Herman Heinrich Gossen. Hukum Gossen menerangkan bahwa : “jika pemuasan keperluan terhadap suatu jenis benda tertentu dilakukan terus menerus, kenikmatannya akan terus-menerus berkurang sampai akhirnya mencapai suatu kejenuhan” Sederhananya dapat kita ambil contoh dari keseharian kita sendiri. Saat kita makan martabak, mungkin satu potong masih terasa kurang, sehingga kita ambil potongan yang kedua untuk memenuhi keinginan agar bisa lebih menikmati. Jika masih kurang bolehlah kita lanjutkan ke potongan yang ketiga. Yang mesti diingat adalah, pada titik tertentu kenikmatan martabak tersebut akan mencapai puncaknya. Jika telah sampai pada titik tersebut namun kita memaksakan untuk memakan lagi, maka potongan martabak yang kesekian ini sudah tidak senikmat sebelumnya. Demikian juga potongan-potongan yang lai...

Anjungan Beras Mandiri

  SEPENGGAL KISAH Sudah menjadi kebiasaan, hampir setiap malam khalifah Umar bin Khattab melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Umar khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya. Suatu malam bersama Aslam, Khalifah Umar berada di suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi. Saat itu Khalifah terperanjat. Dari sebuah kemah yang sudah rombeng, terdengar seorang gadis kecil sedang menangis berkepanjangan. Umar dan Aslam bergegas mendekati kemah itu. Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api. Asap mengepul-ngepul dari panci itu, sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang. “Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam. Mendengar salam Umar, ibu itu mendongakkan kepala seraya menjawab salam Umar. Tapi setelah itu, i...