Di dalam ilmu
ekonomi dikenal berbagai macam hukum, salah satunya adalah Hukum Gossen.
Sesuai namanya, hukum ini dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi asal Jerman bernama
Herman Heinrich Gossen. Hukum Gossen menerangkan bahwa :
“jika pemuasan keperluan terhadap suatu jenis benda
tertentu dilakukan terus menerus, kenikmatannya akan terus-menerus berkurang
sampai akhirnya mencapai suatu kejenuhan”
Sederhananya
dapat kita ambil contoh dari keseharian kita sendiri. Saat kita makan martabak,
mungkin satu potong masih terasa kurang, sehingga kita ambil potongan yang
kedua untuk memenuhi keinginan agar bisa lebih menikmati. Jika masih kurang
bolehlah kita lanjutkan ke potongan yang ketiga. Yang mesti diingat adalah, pada
titik tertentu kenikmatan martabak tersebut akan mencapai puncaknya.
Jika telah
sampai pada titik tersebut namun kita memaksakan untuk memakan lagi, maka
potongan martabak yang kesekian ini sudah tidak senikmat sebelumnya. Demikian
juga potongan-potongan yang lain setelahnya akan semakin terasa tidak nikmat.
Sampai ketika perut dan sistem pencernaan kita merasa jenuh akan berreaksi
menolak dengan memuntahkan makanan bahkan juga yang sudah terlanjur masuk.
Ternyata
hukum Gossen tersebut tidak hanya berlaku untuk pemuasan keperluan yang berupa
fisik atau kebendaan saja. Hal-hal yang tidak berwujudpun demikian juga, salah
satunya adalah informasi. Ketika kita terlalu sering disuguhi bahan bacaan,
konten, berita, atau sejenisnya yang begitu-begitu saja, secara terus-menerus,
maka rasa nikmat yang terasa di awal-awal, semakin lama akan semakin berkurang,
hilang dan justru kontra produktif karena menjadi jenuh dan bosan.
WA GRUP
Di zaman
serba online dengan akses internet dimana-mana sekarang ini, melalui smartphone
masing-masing, siapa yang tidak mengenal dan memakai aplikasi whatsapp? Dari
keseluruhan pemakai tersebut, siapa yang tidak tergabung dalam Whatsapp Grup
(WAG)? Sebagian besar dari kita pasti pengguna WA, dan tergabung dalam lebih
dari satu WAG.
Umumnya
motivasi tergabung maupun bergabung di WAG adalah untuk semakin mudah
berkomunikasi, berkoordinasi atau berkolaborasi demi mempererat pertemanan/persaudaraan
khususnya antar peserta grup. Sayangnya karena akses dan partisipasi yang cenderung
terbuka, terkadang ada anggota yang mengoptimalkan kebebasan tersebut dengan
membombardir chat grup melalui postingan-postingan sekehendak hatinya.
Tidak dicantumkannya
referensi sering menimbulkan pertanyaan dari mana postingan tersebut berasal.
Mengutip dari orang lain atau muncul dari pemikiran sendiri. Kalaupun kreasi
sendiri, tidak jelas juga apa maksudnya. Sedang marah, memberi fatwa, mau menasehati orang
lain, sekadar menggumam saja, atau sengaja unjuk kebolehan dalam merangkai
kata-kata.
Lebih membuat
gusar lagi ketika hal tersebut dilakukan hampir tanpa mengenal waktu dan
suasana. Pagi, siang, sore, malam atau ketika Grup sedang membahas suatu hal
dengan agak serius. Beberapa kali terlihat ada anggota yang keluar dari Grup
segera setelah muncul postingan-postingan tersebut. Memang tidak bisa
dibuktikan ada keterkaitan langsung antara kedua hal tersebut, namun setidaknya menjadi
kode bahwa ada anggota yang merasa tidak nyaman.
Sebenarnya ada cara untuk memblokir nomor tertentu sehingga pesan / chat-chat dari nomor seseorang tidak perlu kita terima dan kita baca. Namun ternyata fitur tersebut baru tersedia sebatas untuk percakapan person by person atau japrian saja, sedangkan di area Grup sepertinya belum ada. Atau sudah ada tapi saya tidak tahu.... (yg sudah tahu, bagi dong caranya)
Kadang terpikir untuk mengikuti jejak mereka yang sudah meninggalkan grup. Toh dengan itu saya tidak mengganggu atau merugikan orang lain. Namun demi menghormati dan menghargai admin dan kawan-kawan yang lainnya niat itu urung dilaksanakan. Selain itu mengingat motivasi awal bergabung, masih tetap yakin akan banyak hal-hal positif serta manfaat yang akan didapat dari Grup.
Kecuali suatu saat sudah tidak tahan lagi, ya apa boleh buat. Daripada tidak nyaman berada di grup, lebih baik ada di luar saja. Toh persahabatan tidak dapat diukur hanya semata-mata dari bergabung atau tidaknya seseorang di sana. In sya Allah masih banyak media, waktu dan tempat untuk saling bersilaturahim demi menyambung tali persaudaraan.
Akhirnya hanya bisa berharap semoga semuanya dapat saling memahami bahwa Grup adalah milik bersama. Bijaksanalah memanfaatkan media dan fasilitas dalam bersosialisasi ini. Karena jika terus-menerus seperti itu jangan-jangan Herman Heinrich Gossen akan berganti nama menjadi Herman Heinrich Bossen.
WA Grup yg lain <<< jangan diklik
Komentar
Posting Komentar