Langsung ke konten utama

Demi Waktu




Maaf tidak ada waktu
Ah buang-buang waktu saja
Waktu Anda sudah habis

Itu beberapa ungkapan tentang waktu yang sering kita dengar atau bahkan juga sering kita ucapkan kepada orang lain. Sebenarnya apa sih definisi waktu itu? Copas dari kbbi.web.id, definisi waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Mumet? Sama...

Di Arab ada pepatah yang mengatakan bahwa Waktu adalah pedang. Artinya waktu merupakan sesuatu yang sangat tajam, apabila dipergunakan dengan baik maka pedang akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi pemiliknya. Namun bila seseorang tidak bisa mempergunakan pedangnya maka pedang itu akan melukai pemiliknya sendiri.

Begitu juga waktu, apabila seseorang bisa menggunakan dengan baik, maka waktu adalah sesuatu yang sangat berguna. Dan sebaliknya, apabila seseorang lengah oleh waktu maka orang itu akan tergilas sendiri oleh waktu.

Lain lagi jika kita tanyakan kepada para usahawan / bussinesman, mungkin ungkapan yang akan keluar : Waktu adalah uang. Setiap saat dan kesempatan yang ada sebisa mungkin dioptimalkan untuk menghasilkan keuntungan.

Dari beberapa yang disebutkan di atas, satu hal positif yang disepakati adalah bahwa apapun definisi dan cara pandang orang tentang waktu, yang pasti merupakan sesuatu yang diperlukan untuk dimanfaatkan, dan bagi siapa yang mengabaikannya, kerugianlah yang akan didapatkan.

Umur kita juga adalah waktu. Saat janin berusia 4 bulan dalam kandungan, maka ditiupkanlah ruh serta ditetapkanlah 4 hal kepadanya, rejeki, ajal, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia.

Umur dan waktu kita di dunia telah dibatasi oleh ajal yang sudah ditetapkan kapan akan menjemput. Hanya saja seperti 3 hal lainnya, berapa umur kita di dunia atau kapan ajal datang tidak ada seorangpun yang tahu.

Karena apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang masih merupakan misteri yang kita hanya bisa menebak saja tanpa bisa memastikan, maka hal yang paling mudah adalah melihat dan menghitung apa yang sudah terjadi dan kita jalani sampai saat ini.

Contohnya ya... usia kita tadi, yang dapat kita hitung adalah sudah berapa lama kita menghirup udara di dunia ini, berapa tahun, berapa bulan, berapa hari, dan berapa satuan-satuan waktu yang lainnya. Tetapi kalau harus menjawab pertanyaan berapa sisa umur kita di dunia, Wallahu a’alam…. Hanya Allah yang Maha Tahu.

Mengikuti cara penghitungan tadi, hasilnya dari hari ke hari, bulan ke bulan dan tahun ke tahun, seolah-olah umur kita semakin bertambah. Padahal hakikatnya ? Jelas berkurang….

Yang telah kita pencet sejak kita lahir dari rahim ibu kita masing-masing bukanlah tombol stopwatch yang semakin lama akan semakin banyak jumlah waktu yang tercatat. Tetapi sesungguhnya kita telah memainkan jam pasir yang mana saat sudah kita posisikan dengan sebenarnya, pasir bagian atas akan sedikit demi sedikit mengisi bagian bawah jam tersebut.

Demikianlah waktu kita di alam fana ini, sedikit demi sedikit tergerus dan berkurang untuk semakin mendekati titik akhirnya.

Jadi jika demikian, apa yang mesti kita lakukan manakala setahun sekali tanggal dan bulan kelahiran kita berulang (kalau tahun tidak mungkin berulang to…?) Coba kita simak penggalan syair lagu dari Ebiet berikut ini :

Sampai kapankah gerangan
waktu yang masih tersisa

Semuanya menggeleng
semuanya terdiam
semuanya menjawab tak mengerti

Yang terbaik hanyalah
segeralah bersujud

Mumpung kita masih diberi waktu

Ho…ho..ho..
du..du..du…du..du..du..du...

 😬malah keterusan nyanyi…..



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tlatar, 18 Okt 2007

WA Grup II (Gossen ah...)

  Di dalam ilmu ekonomi dikenal berbagai macam hukum, salah satunya adalah Hukum Gossen . Sesuai namanya, hukum ini dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi asal Jerman bernama Herman Heinrich Gossen. Hukum Gossen menerangkan bahwa : “jika pemuasan keperluan terhadap suatu jenis benda tertentu dilakukan terus menerus, kenikmatannya akan terus-menerus berkurang sampai akhirnya mencapai suatu kejenuhan” Sederhananya dapat kita ambil contoh dari keseharian kita sendiri. Saat kita makan martabak, mungkin satu potong masih terasa kurang, sehingga kita ambil potongan yang kedua untuk memenuhi keinginan agar bisa lebih menikmati. Jika masih kurang bolehlah kita lanjutkan ke potongan yang ketiga. Yang mesti diingat adalah, pada titik tertentu kenikmatan martabak tersebut akan mencapai puncaknya. Jika telah sampai pada titik tersebut namun kita memaksakan untuk memakan lagi, maka potongan martabak yang kesekian ini sudah tidak senikmat sebelumnya. Demikian juga potongan-potongan yang lai...

Anjungan Beras Mandiri

  SEPENGGAL KISAH Sudah menjadi kebiasaan, hampir setiap malam khalifah Umar bin Khattab melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Umar khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya. Suatu malam bersama Aslam, Khalifah Umar berada di suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi. Saat itu Khalifah terperanjat. Dari sebuah kemah yang sudah rombeng, terdengar seorang gadis kecil sedang menangis berkepanjangan. Umar dan Aslam bergegas mendekati kemah itu. Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api. Asap mengepul-ngepul dari panci itu, sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang. “Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam. Mendengar salam Umar, ibu itu mendongakkan kepala seraya menjawab salam Umar. Tapi setelah itu, i...