Langsung ke konten utama

Jangan Ada Sesal Di Antara Kita

 


Beberapa waktu yang lalu karena satu dan lain hal, beberapa bagian di sebuah perabot di rumah dengan terpaksa harus dibuat lubang. Mempertimbangkan bahwa mungkin hal tersebut tidak akan terlalu sulit dan hanya memerlukan waktu sebentar saja, akhirnya dengan peralatan dan skill yang ada pekerjaan dilakukan sendiri. Alhamdulillah kebutuhan lubang itupun bisa dipenuhi.

Tetapi oleh sebab peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan standar dan bukan yang seharusnya digunakan serta teknik yang ala kadarnya, pekerjaan yang tidak terlalu lama tersebut harus selesai dengan diiringi lecetnya telapak tangan sebelah kanan dan sedikit luka di ibu jari tangan sebelah kiri.

Singkat kata, lubang-lubang tadi dapat difungsikan dengan baik sesuai peruntukan yang direncanakan dari awal. Namun efek dari lecet dan luka yang tidak diantisipasi sebelumnya tadi agak membuat repot hari-hari setelahnya, karena dengan itu beberapa aktifitas menjadi sedikit terganggu. Yang paling terasa adalah ketika hendak bepergian dengan naik motor. 

Keharusan menggenggam stang dengan dua tangan menjadi repot karena jari dan telapak tangan tidak dapat digerakkan sebebas sebelumnya. Belum lagi rasa ngilu ketika permukaan stang tiba-tiba menyentuh bagian yang lecet atau luka tadi. Untuk jarak dekat, misalnya solat ke masjid masih bisa ditahan dengan sedikit menyesuaikan posisi untuk menghindari gerakan dan gesekan demi meminimalisir rasa sakit dan ngilunya. Namun untuk jarak yang lebih jauh, subhanallah....

Akhirnya hanya bisa merenung dan tersadar, betapa sesungguhnya hal-hal yang biasanya kita anggap kecil dan remeh akan menjadi sesuatu yang mahal dan terasa sangat penting ketika dicabut atau dikurangi derajat kenikmatannya oleh Allah SWT. Saat itulah baru terasa bahwa kita ini bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa tanpa kehendak dan izin dari sang Khalik, Allah azza wa jalla.

Maka yang terbaik di saat kita mendapatkan kenikmatan adalah memanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk hal-hal yang positif. Dalam perspektif yang sama namun dengan lingkup yang lebih luas, Baginda Rasulullah SAW telah memberikan nasihat melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah Ibnu Abbas RA, yang artinya:

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum kamu kedatangan lima perkara (demi untuk meraih keselamatan dunia akhirat). Yakni :

1. Masa mudamu sebelum datang masa tuamu

2. Sehatmu  sebelum datang sakitmu

3. Masa kayamu sebelum datang faqirmu

4. Waktu luangmu sebelum waktu sibukmu

5. Masa hidupmu sebelum datang kematianmu".

Imam Al Ghazali dalam kitabnya yang terkenal Ihya Ulumuddin, menjelaskan maksud hadits tersebut adalah :

Gunakan waktu semampu kita untuk taat kepada Allah sebelum datang kepayahan atau masa tua sehingga menyesal karena telah melalaikan perintah Allah.

Manfaatkan waktu saat diberi nikmat sehat untuk memperbanyak amal ibadah dan kebaikan sebelum datang waktu sakit. Sehingga kelak tidak menyesal saat hari kebangkitan (kiamat) dengan membawa bekal amal yang cukup. 

Perbanyak sedekah kepada fakir miskin dengan harta yang dimiliki, sehingga tidak menjadi fakir di dunia dan akhirat nanti. 

Manfaatkanlah waktu luang ketika di dunia sebelum sibuk dengan kengerian hari kiamat yang tempat awalnya di alam kubur. Sehingga selamat dari siksa dan kehinaan. 

Manfaatkanlah amal selama masa hidup di dunia sebelum datang kematian. Yakni dengan banyak beramal dan ibadah. Sebab, orang yang sudah mati terputus amalnya dan nyata penyesalannya. 


Wallahu a’lam bish shawab


Referensi : www.inews.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tlatar, 18 Okt 2007

WA Grup II (Gossen ah...)

  Di dalam ilmu ekonomi dikenal berbagai macam hukum, salah satunya adalah Hukum Gossen . Sesuai namanya, hukum ini dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi asal Jerman bernama Herman Heinrich Gossen. Hukum Gossen menerangkan bahwa : “jika pemuasan keperluan terhadap suatu jenis benda tertentu dilakukan terus menerus, kenikmatannya akan terus-menerus berkurang sampai akhirnya mencapai suatu kejenuhan” Sederhananya dapat kita ambil contoh dari keseharian kita sendiri. Saat kita makan martabak, mungkin satu potong masih terasa kurang, sehingga kita ambil potongan yang kedua untuk memenuhi keinginan agar bisa lebih menikmati. Jika masih kurang bolehlah kita lanjutkan ke potongan yang ketiga. Yang mesti diingat adalah, pada titik tertentu kenikmatan martabak tersebut akan mencapai puncaknya. Jika telah sampai pada titik tersebut namun kita memaksakan untuk memakan lagi, maka potongan martabak yang kesekian ini sudah tidak senikmat sebelumnya. Demikian juga potongan-potongan yang lai...

Anjungan Beras Mandiri

  SEPENGGAL KISAH Sudah menjadi kebiasaan, hampir setiap malam khalifah Umar bin Khattab melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Umar khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya. Suatu malam bersama Aslam, Khalifah Umar berada di suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi. Saat itu Khalifah terperanjat. Dari sebuah kemah yang sudah rombeng, terdengar seorang gadis kecil sedang menangis berkepanjangan. Umar dan Aslam bergegas mendekati kemah itu. Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api. Asap mengepul-ngepul dari panci itu, sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang. “Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam. Mendengar salam Umar, ibu itu mendongakkan kepala seraya menjawab salam Umar. Tapi setelah itu, i...