Langsung ke konten utama

Sabar Ini Ujian

 


Di sebuah perempatan, ketika itu lampu masih berwarna merah. Mungkin karena melihat dari sisi yang lain tidak ada kendaraan yang berjalan, belum juga berubah menjadi hijau, tiba-tiba sebuah motor memacu gasnya meninggalkan yang lain yang masih menunggu saatnya boleh maju berjalan. Tidak disangka ternyata dari arah sebelah kiri ada sebuah mobil yang melaju agak kencang dengan arah saling memotong dengan pemotor tadi. 

Akibatnya sangat jelas terlihat bagaimana sepeda motor dan pengendaranya terpental tertabrak mobil. Mobil langsung berhenti dengan bagian depan rusak dan terlepas dari badannya. Tidak tahu bagaimana nasib dan kondisi pengendara motor karena berada di tempat yang agak jauh dan tidak terlihat. Ini bukan perisitiwa dalam sebuah film atau cerita fiktif, tapi kejadian nyata beberapa waktu yang lalu.

Merenungi sejenak atas kecelakaan tersebut, terlepas dari takdir dan suratan yang sudah tergaris, salah satu faktor penyebabnya adalah ketidaksabaran pemotor menunggu beberapa detik lagi lampu hijau menyala. Sepertinya itu sudah menjadi hal yang lumrah dan banyak kita jumpai atau bahkan kita lakukan sendiri di waktu dan tempat yang lain, hanya ending-nya saja yang mungkin tidak sama. 

Mungkin ketidakdisiplinan akibat ketidaksabaran kita selama ini tidak menyebabkan apa-apa sehingga kita selalu merasa aman untuk terus kita ulangi. Kita tidak menyadari bahwa seseungguhnya resiko yang fatal sedang mengintai kita yang bukan saja akan membuat celaka diri kita sendiri tetapi juga orang lain.

Sabar… Tidaklah berlebihan kiranya kata tersebut hendaknya selalu kita kedepankan dalam aktivitas dan perilaku kita sehari-hari. Kecelakaan di atas hanya satu contoh kecil saja. Sering kita lihat juga ada pejabat yang dipenjara karena melakukan korupsi. Kenapa demikian? Karena tidak sabar ingin cepat menjadi kaya tetapi enggan merintis usaha yang bisa jadi akan memakan waktu yang lama. Atau karena ingin menduduki jabatan tertentu secara instan akhirnya sogok sini-sogok situ, suap sana-suap sini. Na’uudzu billaahi min dzaalik… Semoga Allah hindarkan kita semua dari perbuatan-perbuatan tersebut.

Begitu pentingnya sabar dalam hidup dan kehidupan manusia, tidak kurang dari 103 kali kata sabar beserta turunannya disebutkan dalam Al Quran. Penyebutan kata sabar yang sangat banyak itu menunjukkan bahwa sabar merupakan kebutuhan primer yang harus dimiliki setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya, baik kualitas mental, moral, maupun spiritualnya.

Dari sekian banyak ayat-ayat tentang sabar, beberapa di antaranya adalah :

Al Baqarah 153

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

Ali Imran 200

Wahai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

Hud 11

Kecuali orang-orang yang bersabar dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar

Hud 115

Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan

Ar Ra’d 24

(seraya mengucapkan), “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.” Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu

Al Furqon 75

Mereka akan diberi balasan berupa tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam

Asy Syura 43

Dan barangsiapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia

Sedangkan oleh Rasulullah SAW, sikap sabar dan keutamaannya tersurat dalam hadits-hadits di antaranya sebagai berikut:

Siapa yang sungguh-sungguh berusaha untuk bersabar, maka Allah akan mudahkan kesabaran baginya. Dan tidaklah seseorang dianugerahkan (oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala) pemberian yang lebih baik dan lebih luas (keutamaannya) dari pada sifat sabar (HR Bukhari)

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur, Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar dan Itu pun baik baginya. (HR Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah….”(HR Bukhari)

Sabar… Mudah diucapkan, terkadang susah diamalkan. Dalam suatu kondisi kita akan legowo dan berbesar hati atas sebuah kenyataan. Namun pada titik tertentu tidak jarang kita memberontak, protes dan menolak untuk menerimanya. Dalam situasi ini kita menyerah dan mengelak sambil mengamini kalimat ‘Sabar Itu Ada Batasnya’. 

Di titik balik inilah ketika kita sudah berfikiran bahwa sabar ada batasnya, terjadi perubahan dua sikap yang saling bertentangan satu sama lain. Sayangnya sikap yang muncul belakangan itulah yang pada akhirnya menjadi kesimpulan dan akan menjadi rekomendasi atau dasar sikap kita setelahnya. Awalnya sabar menjadi tidak sabar. Jadilah ketidaksabaran mengkudeta dan menghilangkan kesabaran kita sebelumnya.

Dengan demikian, apakah benar sabar ada batasnya? Untuk menjawab petanyaan tersebut, mari kita simak ungkapan yang tidak diketahui siapa pencetusnya berikut ini:

Sabar itu ilmu tingkat tinggi

Belajarnya setiap hari

Latihannya setiap saat

Ujiannya sering mendadak

Sekolahnya seumur hidup

Insya Allah tidak lama lagi kita memasuki bulan Ramadhan 1442 h. Banyak sebutan untuk bulan dimana kita sebagai orang beriman diwajibkan untuk menjalankan puasa ini. Bulan Rahmat, Bulan Ampunan, Bulan Al Quran, dan tentu saja Bulan Kesabaran. 

Wallahu ‘alamu bish shawab


Referensi :

mutiaraislam.net

penaungu.com

hidayatullah.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tlatar, 18 Okt 2007

WA Grup II (Gossen ah...)

  Di dalam ilmu ekonomi dikenal berbagai macam hukum, salah satunya adalah Hukum Gossen . Sesuai namanya, hukum ini dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi asal Jerman bernama Herman Heinrich Gossen. Hukum Gossen menerangkan bahwa : “jika pemuasan keperluan terhadap suatu jenis benda tertentu dilakukan terus menerus, kenikmatannya akan terus-menerus berkurang sampai akhirnya mencapai suatu kejenuhan” Sederhananya dapat kita ambil contoh dari keseharian kita sendiri. Saat kita makan martabak, mungkin satu potong masih terasa kurang, sehingga kita ambil potongan yang kedua untuk memenuhi keinginan agar bisa lebih menikmati. Jika masih kurang bolehlah kita lanjutkan ke potongan yang ketiga. Yang mesti diingat adalah, pada titik tertentu kenikmatan martabak tersebut akan mencapai puncaknya. Jika telah sampai pada titik tersebut namun kita memaksakan untuk memakan lagi, maka potongan martabak yang kesekian ini sudah tidak senikmat sebelumnya. Demikian juga potongan-potongan yang lai...

Anjungan Beras Mandiri

  SEPENGGAL KISAH Sudah menjadi kebiasaan, hampir setiap malam khalifah Umar bin Khattab melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Umar khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya. Suatu malam bersama Aslam, Khalifah Umar berada di suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi. Saat itu Khalifah terperanjat. Dari sebuah kemah yang sudah rombeng, terdengar seorang gadis kecil sedang menangis berkepanjangan. Umar dan Aslam bergegas mendekati kemah itu. Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api. Asap mengepul-ngepul dari panci itu, sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang. “Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam. Mendengar salam Umar, ibu itu mendongakkan kepala seraya menjawab salam Umar. Tapi setelah itu, i...