Di sebuah perempatan, ketika itu lampu masih berwarna merah. Mungkin karena melihat dari sisi yang lain tidak ada kendaraan yang berjalan, belum juga berubah menjadi hijau, tiba-tiba sebuah motor memacu gasnya meninggalkan yang lain yang masih menunggu saatnya boleh maju berjalan. Tidak disangka ternyata dari arah sebelah kiri ada sebuah mobil yang melaju agak kencang dengan arah saling memotong dengan pemotor tadi.
Akibatnya sangat jelas terlihat bagaimana sepeda motor dan pengendaranya terpental tertabrak mobil. Mobil langsung berhenti dengan bagian depan rusak dan terlepas dari badannya. Tidak tahu bagaimana nasib dan kondisi pengendara motor karena berada di tempat yang agak jauh dan tidak terlihat. Ini bukan perisitiwa dalam sebuah film atau cerita fiktif, tapi kejadian nyata beberapa waktu yang lalu.
Merenungi sejenak atas kecelakaan tersebut, terlepas dari takdir dan suratan yang sudah tergaris, salah satu faktor penyebabnya adalah ketidaksabaran pemotor menunggu beberapa detik lagi lampu hijau menyala. Sepertinya itu sudah menjadi hal yang lumrah dan banyak kita jumpai atau bahkan kita lakukan sendiri di waktu dan tempat yang lain, hanya ending-nya saja yang mungkin tidak sama.
Mungkin ketidakdisiplinan akibat ketidaksabaran kita selama ini tidak menyebabkan apa-apa sehingga kita selalu merasa aman untuk terus kita ulangi. Kita tidak menyadari bahwa seseungguhnya resiko yang fatal sedang mengintai kita yang bukan saja akan membuat celaka diri kita sendiri tetapi juga orang lain.
Sabar… Tidaklah berlebihan kiranya kata tersebut hendaknya selalu kita kedepankan dalam aktivitas dan perilaku kita sehari-hari. Kecelakaan di atas hanya satu contoh kecil saja. Sering kita lihat juga ada pejabat yang dipenjara karena melakukan korupsi. Kenapa demikian? Karena tidak sabar ingin cepat menjadi kaya tetapi enggan merintis usaha yang bisa jadi akan memakan waktu yang lama. Atau karena ingin menduduki jabatan tertentu secara instan akhirnya sogok sini-sogok situ, suap sana-suap sini. Na’uudzu billaahi min dzaalik… Semoga Allah hindarkan kita semua dari perbuatan-perbuatan tersebut.
Begitu pentingnya sabar dalam hidup dan kehidupan manusia, tidak kurang dari 103 kali kata sabar beserta turunannya disebutkan dalam Al Quran. Penyebutan kata sabar yang sangat banyak itu menunjukkan bahwa sabar merupakan kebutuhan primer yang harus dimiliki setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya, baik kualitas mental, moral, maupun spiritualnya.
Dari sekian banyak ayat-ayat tentang sabar, beberapa di antaranya adalah :
Al Baqarah 153
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Ali Imran 200
Wahai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
Hud 11
Kecuali orang-orang yang bersabar dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar
Hud 115
Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan
Ar Ra’d 24
(seraya mengucapkan), “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.” Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu
Al Furqon 75
Mereka akan diberi balasan berupa tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam
Asy Syura 43
Dan barangsiapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia
Sedangkan oleh Rasulullah SAW, sikap sabar dan keutamaannya tersurat dalam hadits-hadits di antaranya sebagai berikut:
Siapa yang sungguh-sungguh berusaha untuk bersabar, maka Allah akan mudahkan kesabaran baginya. Dan tidaklah seseorang dianugerahkan (oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala) pemberian yang lebih baik dan lebih luas (keutamaannya) dari pada sifat sabar (HR Bukhari)
Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur, Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar dan Itu pun baik baginya. (HR Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah….”(HR Bukhari)
Sabar… Mudah diucapkan, terkadang susah diamalkan. Dalam suatu kondisi kita akan legowo dan berbesar hati atas sebuah kenyataan. Namun pada titik tertentu tidak jarang kita memberontak, protes dan menolak untuk menerimanya. Dalam situasi ini kita menyerah dan mengelak sambil mengamini kalimat ‘Sabar Itu Ada Batasnya’.
Di titik balik inilah ketika kita sudah berfikiran bahwa sabar ada batasnya, terjadi perubahan dua sikap yang saling bertentangan satu sama lain. Sayangnya sikap yang muncul belakangan itulah yang pada akhirnya menjadi kesimpulan dan akan menjadi rekomendasi atau dasar sikap kita setelahnya. Awalnya sabar menjadi tidak sabar. Jadilah ketidaksabaran mengkudeta dan menghilangkan kesabaran kita sebelumnya.
Dengan demikian, apakah benar sabar ada batasnya? Untuk menjawab petanyaan tersebut, mari kita simak ungkapan yang tidak diketahui siapa pencetusnya berikut ini:
Sabar itu ilmu tingkat tinggi
Belajarnya setiap hari
Latihannya setiap saat
Ujiannya sering mendadak
Sekolahnya seumur hidup
Insya Allah tidak lama lagi kita memasuki bulan Ramadhan 1442 h. Banyak sebutan untuk bulan dimana kita sebagai orang beriman diwajibkan untuk menjalankan puasa ini. Bulan Rahmat, Bulan Ampunan, Bulan Al Quran, dan tentu saja Bulan Kesabaran.
Wallahu ‘alamu bish shawab
Referensi :
mutiaraislam.net
penaungu.com
hidayatullah.com
Komentar
Posting Komentar